Entah sejak berapa lama, tongkat dan borgol tidak melekat di tubuh
anggota polisi. Padahal tongkat dan borgol merupakat atribut wajib saat
mengenakan pakaian dinas. Kini polisi kembali memfungsikan tongkat dan
borgol.
Tongkat dan borgol bukanlah hiasan di tubuh polisi. Keduanya memiliki fungsi pertahanan maupun saat menyerang.
Namun, telah lama kedua benda itu digeletakkan saja. Kini ada
instruksi resmi dari Mabes Polri, tongkat dan borgol wajib dibawa,
bahkan harus melekat di tubuh anggota saat berdinas. Saat ini, ketika
Anda melihat polisi terutama Polantas, pasti terdapat tongkat dan borgol
di tubuhnya.
"Saya pernah mendapatkan anggota yang tidak bawa tongkat, saya suruh
pulang untuk ambil tongkatnya," kata Kasatlantas Polrestabes Surabaya
AKBP Raydian Kokrosono, Kamis (20/2/2014).
Saat ini tongkat dan borgol wajib dibawa polisi berseragam. Namun
tidak hanya sebagai pajangan, melainkan harus difungsikan sebagaimana
mestinya.
"Tongkat dan borgol itu menunjang kinerja kepolisian, bukan sebagai
pajangan. Ini sebagai upaya untuk profesionalisme polisi," kata Raydian.
Karena itu, saat ini kepolisian mulai mengoptimalkan kembali fungsi
keduanya. Anggota polisi kembali diajarkan untuk menggunakannya.
Di kepolisian terdapat gerakan-gerakan dalam memanfaatkan tongkat dan borgol. Terdapat drill tongkat dan senam borgol.
"Latihan drill tongkat dan senam borgol akan rutin kita berikan pada anggota dua minggu sekali secara bergiliran," kata Raydian.
Gerakan itu bukan hanya sekedar menggerakkan tubuh, namun ada fungsi bertahan dan menyerang.
Seperti di Satpas Colombo, anggota Satlantas Polrestabes Surabaya dilatih drill borgol. Sebanyak 13 anggota Polantas diajarkan kembali gerakan-gerakan drill tongkat.
Seperti di Satpas Colombo, anggota Satlantas Polrestabes Surabaya dilatih drill borgol. Sebanyak 13 anggota Polantas diajarkan kembali gerakan-gerakan drill tongkat.
"Pelajaran ini sebenarnya sudah ada ketika pendidikan, namun memang jarang digunakan," kata Raydian.
Menurut mantan Kepala SPKT Polda Jatim itu, nantinya mereka menjadi
instrukstur untuk melatih pada anggota-anggota Satlantas lainnya. Awal
dikembalikannya fungsi tongkat dan borgol, banyak anggota yang lupa
dengan gerakan itu.
Ipda Sugiyanto instruktur drill tongkat mengatakan, banyak anggota yang lupa gerakan.
"Awal-awal memang lupa, setelah beberapa kali diajarkan, mereka kembali ingat gerakan itu saat masih di pendidikan," kata Sugiyanto.
"Awal-awal memang lupa, setelah beberapa kali diajarkan, mereka kembali ingat gerakan itu saat masih di pendidikan," kata Sugiyanto.
Menurut Sugiyanto, terdapat 24 gerakan jilid pertama dan 20 gerakan
jilid dua. Jilid pertama digunakan untuk pertahanan, sedangkan jilid dua
untuk menyerang.
Sugiyanto menjelaskan, khusus di lantas dalam drill tongkat digunakan
untuk menindak pelaku kriminal. "Ini digunakan untuk pelaku
kriminalitas, bukan pelanggaran lalu lintas," kata Sugiyanto.
Dalam drill tongkat, juga terdapat pelatihan saat perkelahian antara
pelaku kriminal dengan polisi. Gerakan-gerakan perkelahian untuk
melumpuhkan pelaku, merupakan kombinasi dari 24 gerakan jilid satu dan
20 jilid 2.
"Kalau berkelahi juga ada jurusnya, tidak ngawur. Gerakannya ya drill
tongkat itu. Gerakan ini digunakan untuk melumpuhkan pelaku kriminal,"
kata Sugiyanto.
Bahkan nantinya drill tongkat ini rencanaya diperlombakan di tingkat
Polrestabes Surabaya. Tidak hanya Satlantas, namun fungsi lainnya
seperti Satreskrim, Intelkam, Sabhara, dan fungsi lainnya, juga
diajarkan untuk drill tongkat.urabaya.tribunnews.com/2014/02/20/polisi-kembalikan-fungsi-tongkat-dan-borgol